“Perpisahan”,
memang selalu terdengar ironis. Andaikan hal itu bisa dielak, maka tak akan
kubuang waktu untuk melakukannya. Sebab, semua yang terjadi di kehidupan
sekarang terkadang sangat sulit untuk ditinggalkan. Manis, menyenangkan, dan
indah. Itulah kehidupan saat ini. Tatakala kita tak kuasa menahan bumi untuk tidak
berotasi, semuanya tiba-tiba mengerikan. Takut, suram, dan tak terkecuali ragu.
Masa depan? Apa dan bagaimana seharusnya aku menyikapinya? Tak ada waktu untuk
mendaga. Tinggal menunggu saatnya tiba, aku akan dibawa bumi berpetualang ke
kehidupan berikutnya.
Hingga
saat ini, aku masih bingung kuliah apa. Meski aku adalah tipe manusia yang
punya banyak planing, tapi berkaca dari keadaan yang terjadi sekarang, kurasa
planning itu tak bisa kucapai. Sejujurnya, aku ingin kuliah Sastra Inggris,
atau Antropologi. Namun, jurusan tersebut tak tersedia di banua ini. Kalaupun ada,
akreditasi dan perangkat2nya belum terlalu dapat dipercaya.
Kalau
dipikir2, tak mustahil untuk bisa masuk di salah satu jurusan itu. Dengan syarat
aku bisa kuliah di luar Kalsel, seperti di jakarta atau di jogja. Namun karena
keadaanku tidak mendukung, akhirnya dengan berat impian itu kusimpan rapat2. Sebagai
satu-satunya anak perempuan, yang punya 4 orang kakak laki2 yang ganteng2, aku
memang tak bisa seenaknya memutuskan masa depanku sendiri. Berbagai pertimbangan
mencuat saat issue ini kulempar di tengah2 pembicaraan, dan keputusan akhir,
aku harus melanjutkan pendidikan di Banjarmasin, agar bisa selalu menemani mama
yang kebetulan hanya tinggal berdua dengan ku di rumah. Pasca pernikahan
kakakku yang ke3, memang hanya tinggal aku dan mama ku sebagai penguni rumah. Kakak2
ku yang lain berada jauh di tanah seberang untuk menuntut ilmu. Maka dengan
keadaan yang seperti ini, aku tak bisa memberikan perlawanan apa2. Meskipun jauh
di lubuk hatiku, tak ingin kuliah di Banjarmasin.
Mamaku
mengusulkan agar aku kuliah di IAIN dan mengambil fakultas Ushuluddin dengan
jurusan Perbandingan Agama. Hahaaa,,, yaah itu tawaran yang unik untuk makhluk
sepertiku yang hobbynya jingkrak2 nggak karuan, suka bergaul dengan siapa saja,
dan cinta dengan sastra yang pada dasarnya tak mengizinkan diri untuk membatasi
diri dan ekspresi. Tak terbayang rasanya bagaimana nanti hari2ku andaikan aku
benar2 melanjutkan ke IAIN, dengan pakaian yang sangat feminim, tubuh berbalut
rok kemanapun dan dimanapun, dan bersikap jaim pada siapa saja disebabkan
kakakku dosen di situ. Wuaahhh mungkiin itu seperti neraka bagiku nanti! Tpiii,,
sampai detik ini aku tak punya pilihan lain.
Aku
mengerti, mama sangat ingin agar aku bisa menggantikan abah sebagai penceramah
yang baik dan berilmu. Makanya aku melihat harapan besar di nada bicara mama
saat mengusulkan aku untuk masuk ke IAIN dengan jejak yang sama dengan abah. Mama
bilang, aku ini seorang perempuan, jadi prioritas hidup setelah kuliah itu
bukan hanya bekerja. Kalau aku mempelajari agama, maka aku tak akan rugi,
karena aku mendapatkan keduanya, dunia maupun akhirat. Dan itu masuk akal
memang, tapii gimanaa yaa?? Basicku memang bahasa dan seni, kalau aku masuk
perbandingn agama, bagaimana duniaku nanti, semuanya pasti akan berubah, 100%
berubah.
Memang
banyak orang yang menyarankanku untuk masuk ke IAIN saja, ada yng nyuruh ngmbil
psikologi, filsafat, dll,,,, tapi sejujurnya aku belum siap kalau harus masuk
ke sna.
Dan
sampai hari ini aku masih belum menentukan pilihan, andaikan kakak2ku ada,
mungkin aku akan mudah untuk berdiskusi dengan mereka, tapi sayang, mereka
sibuk masing dengan tantangn yang mereka hadapi. Arkian, aku masih terbelenggu
dengan dilema, dan sekarang aku takut untuk melangkah, aku takut berpisah
dengan sekolah, aku takuuutt,,, takut mengambil keputusan, meski aku sadar
hidup itu adalah pilihan, tapi aku masih takut untuk memilih..
Entahlah
bagaimana jadinya, masa depanku bagaikan di ujung tombak, dilema! Dan aku benci
menghadapi semua ini. Hidup itu memang kejam yah,,, semua yang kita pilih ada
konsekwensinya,, dan sekarang, aku terjebak dalam pilihan yang sama sekali
mengerikan. Ironis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar